SEKILAS TENTANG OPEN SOURCE SOFTWARE
Oleh : Dedi Iskandar
Open Source Software atau disingkat dengan OSS adalah istilah yang digunakan untuk software yang mengizinkan source code berupa kode programnya bisa dilihat oleh pihak lain terutama para developer/ programmer untuk mendalami mengenai know-how software tersebut , bahkan bila perlu menambah atau mengganti kode program software tersebut sehingga menghasilkan software sejenis lainnya.
Bagi para pengguna komputer pada umumnya salah satu keuntungan dari OSS adalah bahwa software dapat diperoleh, digunakan, dan disebarkan secara gratis tanpa perlu adanya kekhawatiran tentang pemembayaran biaya lisensinya. Jadi bukan berarti OSS itu tidak berlisensi, tetap lisensi itu ada tetapi tidak dikenakan biaya sedikitpun. Dengan demikian hak kekayaan intelektual dari pembuatan OSS tetap dijaga, tetapi biaya copyright itu sendiri tidak dibebankan kepada siapapun. Jika para pengguna ingin memberikan uang kompensasi atas nilai manfaat OSS, maka dapat mengeluarkannya dengan kapasitas sebagai donatur.
Karena OSS yang bersifat lisensi gratis itulah, konsekwensi logisnya tidak ada tanggung jawab dari para pembuat OSS terhadap kemungkinan terjadinya kesalahan atau efek lain dari OSS baik berakibat fatal maupun tidak fatal.
Berbicara OSS, saat ini khususnya di Indonesia, salah satunya yang terkenal yaitu Linux bahkan telah menjadi icon yang sangat melekat pada OSS artinya kalau bicara OSS maka pembicaraan OSS pasti tidak akan lepas dari pembicaraan Linux. Akibat sangat melekatnya Linux dengan OSS seolah-olah timbul kesan bahwa Linux saja yang merupakan produk OSS.
Kesan seperti di atas sebaiknya harus diperbaiki, karena seolah-olah mengesampingkan produk OSS yang lain, yang mungkin sama handalnya dengan Linux, atau bahkan lebi baik performansi, lebih mudah penggunaanya daripada Linux, seperti FreeBSD, reactOS, dll. Kenapa harus diperbaiki kesan sekarang tentang OSS, karena kita harus tetap proposional dalam menempatkan OSS kepada masyarakat tanpa ada kecenderungan memihak terhadap salah satu software tertentu saja. Kalau sampai terjadi kecenderungan seperti demikian, maka apa bedanya dengan software proprietary yang didominasi oleh Microsoft.
Kalau dilihat dari sejarahnya produk OSS yang pertama muncul dan sangat berkembang digunakan oleh kalangan akademisi dan peneliti di luar negeri adalah software Emacs yang dikembangkan oleh Richard Stallman yang bisa dikatakan sebagai bapak Open Source. Namun akhir-akhir ini popularitasnya dikalahkan oleh Linus Trovalds sebagai founder dari Linux. Padahal kalau dilihat kembali ke sejarah mengapa Linux begitu pesat terkenal sebagai produk OSS terutama di Eropa, kenapa tidak sehebat ditempat lain?. Hal ini dipicu salah satunya oleh latar belakang kebangsaan dan budaya, dimana Linus Trovalds adalah seorang Austria alias Eropa, sehingga wajar dengan semangat ke-Eropaannya disokong oleh komunitas Eropa yang tidak ingin kalah pamor dengan Amerika yang merupakan simbol dari Microsoft. Prediksi ini bisa jadi benar atau salah, tetapi setidaknya pernyataan ini tidak salah 100%.
Bagi para pengguna komputer di Indonesia yang sudah terbiasa dengan lingkungan sistem operasi Windows melalui penggunaan software bajakannya, kalaulah karena alasan keuangan, ternyata harus pindah migrasi ke OSS, sebagai sistem operasinya harus pilih yang mana, Linux atau yang lain?.
Pilihan kepada Linux memang tidak salah, karena sebagai icon OSS sudah banyak dikenal, tetapi kenapa harus Linux, apa tidak ada yang lain. Kalau kita terutama masyarakat awam memilih Linux, pertanyaannya Linux yang distro/versi mana?, sampai saat ini karena begitu mudahnya pembuatan suatu distro Linux jumlah mencapai lebih dari 250 distro. Bagi kalangan akademisi dan peneliti mungkin jumlah distro tidak akan jadi masalah, tetapi bagaimana bagi kalangan masyarakat awam, hal ini sedikit banyak akan menjadi masalah untuk memilih mana yang tepat. Kenyataannya beberapa distro Linux memiliki struktur file system yang berbeda-beda. Akhir-akhir ini yang dianggap sebagai solusi adalah dengan dibuatnya distro baru turunan dari Fedora yang dikembangkan oleh kerjasama beberapa instansi pemerintah yaitu IGOS Nusantara. Apakah ini solusi, atau malah menambah masalah baru dengan menambah jajaran distro lagi yaitu setidaknya jumlah distro menjadi 250 + 1.
Berbeda dengan Linux, sistem operasi lainnya seperti reactOS dan FreeBSD yang hanya memiliki satu distro, artinya distro softwarenya benar-benar dijaga supaya tidak mengkaburkan dan memudahkan pengguna dalam mengenal sistem operasi yang digunakan. Sehingga tidak ada kebingunan bagi masyarakat awan berkaitan dengan distro yang sebenarnya distro itu tidak perlu, karena bagi masyarakat awam akan cukup menjadi masalah.
Seharusnya yang diperlukan bukanlah membuat distro baru ala Indonesia, tetapi adalah bagaimana menginformasikan secara benar dan rinci tentang OSS kepada masyarakat. Sebab bicara masalah OSS tidak akan berhenti pada pembicaraan software sistem operasi saja, masih banyak software-software lain selain sistem operasi yang diperlukan dalam berbagai kegiatan.
Pemberian informasi yang jelas mengenai OSS akan menjadikan masyarakat lebih cerdas dalam menggunakan dan mengoptimal komputer. Sehingga masyarakat bisa memilih apakah harus full OSS, kombinasi OSS+Proprietary, atau software proprieatry saja. Kembalikan kepada masyarakat untuk memilihnya, karena OSS saja dalam banyak hal, tidak akan selalu memberikan solusi terbaik.
Konsep OSS yang pada intinya adalah membuka source code dari sebuah perangkat lunak, memang akan bermanfaat terutama bagi para developer software dalam mempelajari pembuatan teknologi software melalui membaca kode program yang dibuat oleh para pakar software. Sedangkan bagi para pengguna pada umumnya dibuka atau tidak dibuka kode programnya tidaklah penting, yang lebih dipentingkan adalah dari sisi manfaat dan keamanannya.
Oleh karena itu, perlu kebijakan yang tepat dalam memilih software yang digunakan untuk mengoptimalkan kerja komputer dalam mendukung berbagai kegiatan, misalkan adanya klasifikasi software sesuai dengan tingkat kepentingan dan kegunaannya. Dimulai dari pemerataan informasi mengenai OSS secara proposional, tanpa membedakan satu software dengan software lainnya agar masyarakat bisa memilih dengan tepat software OSS. Hal ini diperlukan supaya ke depan tidak terjadi salah presepsi terhadap OSS sendiri, karena produk OSS itu banyak dan sama-sama memiliki kelebihan berikut kekurangannya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar